Thursday, 21 February 2013

Ini Cerita Ku, Apa Cerita Mu?

Ini cerita gue yang saat ini lagi ada di Thailand Selatan, tepatnya di Pattani. Salah satu dari 3 provinsi selatan Thailand yang lagi konflik. Konflik yang udah berlangsung dari tahun 1900 ini hingga sekarang masih belum ada tanda - tanda akan selesai.
Malah keadaan kembali memanas, tepat 1 minggu yang lalu, tanggal 13 Februari 2013. Terjadi serangan yang dilakukam oleh kelompok pemberontak yang ditujukan kepada pihak militer. Dan insiden itu menewaskan 17 orang. (udah kaya skripsi ya bahasanya? Baku dan sesuai EYD,,,harap maklum)
Dan insiden itu adalah hari sebelum gue berangkat. Tanggal 14 Februari 2013, gue berangkat ke Thailand dengan tiket pesawat rute Jakarta - Phuket.
Gue masuk ke Thailand lewat Phuket, yang merupakan salah satu obyek wisata Thailand.
Gue berangkat jam 5 sore dari Soekarno - Hatta International Airport dan nyampe tepat jam 8 malam di Phuket.
Disana, gue sempet nginap semalam dan besoknya nerusin perjalanan ke Hat yai buat ketemu sama salah satu teman disana. Gue sempet nginap disana dan gue juga sempet nyari informasi soal konflik itu dari sini, gue nyebutnya sebagai "Informasi dari Jendela Hat yai".
Salah satu yang gue korek informasi soal konflik ini adalah beberapa temen gue sendiri.
Pas gue tanya "apakah kamu tidak takut dengan situasi yang dapat berubah menjadi lebih mengerikan dalam seketika?".
Dengan pasti salah satu temen gue menjawab "Aku lahir disini,,,tidak ada yang perlu ditakuti,,,aku suka berada disini".
Jujur gue gak bisa ngomong apa - apa lagi setelah denger jawaban dia.
Gue cuma kasih apresiasi dengan berkomentar "Jawaban yang bagus,,,benar kita tidak perlu takut dengan apa yang terjadi. Karena itu semua pasti berlalu dan kita cukup menjalani hari seperti biasa".

Okeh, cukup untuk Hat yai. Saatnya gue melanjutkan perjalanan ke provinsi Yala.
Sesampainya gue di Yala, gue udah ditunggu sama temen gue yang tinggal disini.
Berbeda dengan temen - temen gue di Hat yai yang mayoritas etnik Chinese, temen gue di Yala ini dia etnik Melayu. Dan gue juga gak terlalu sulit untuk berkomunikasi.
Hal yang gak pernah gue duga sebelumnya dan gak pernah gue bayangin. Dihari pertama gue menginjakkan kaki  d Yala, gue udah disuguhin dengan kerumunan orang yang terdiri dari polisi dan penduduk lokal.
Karna gue penasaran jadi gue nyamperin mereka.
Begitu gue nyampe, gue cuma bisa bengong. Masalahanya yang gue liat itu adalah korban dari baku tembak antara kelompok pemberontak dengan pihak militer.
Korban yang gue liat itu adalah seorang tentara yang keliatannya masih muda, sekitar 26 tahun. Tapi dia haru s tewas dengan sangat mengenaskan. Kepalanya pecah tertembak, bagian kiri kepalanya hancur. Gue sempet mau ambil potonya tapi dilarang. Pantes gue gak liat ada wartawan disekitar TKP.
Sekitar 4 jenasah tentara dan 6 jenasah pemberontak yang gue liat disitu.
Cukup untuk hal itu. Gue terusin perjalanan untuk pergi ke rumah temen gue.

Tanggal 17 Februari 2013, gue nyari - nyari informasi lebih lanjut tentang konflik tersebut melalui interview penduduk setempat.
Dari semua data yang gue dapat, 90% dari mereka menginginkan memisahkan diri dari Thailand dan membentuk negara baru atau bergabung dengan Malaysia.
Dan mereka juga berharap agar konflik ini cepat selesai karena konflik tersebut telah merugikan masyarakat sekitar. Konflik tersebut telah melemahkan perekonomian warga. Gak heran kalo sebagian masyarakat di Yala pindah ke provinsi lain. Mereka pindah ke provinsi Phattalung, Nakhon Si Thammarat, bahkan sampai ke Bangkok. Mereka melakukan ini agar memperoleh kehidupan yang jauh lebih baik.
Selama dua hari gue di Yala dan gue juga sempat melakukan interview dengan ulama setempat.
Bagi yang belum tau, 3 provinsi selatan Thailand yang lagi konflik ini mayoritas penduduknya adalah muslim.

Tanggal 20 Februari 2013, gue berangkat ke Pattani. Suasana disini bener - bener tenang banget. Tapi sebenernya disini lah mayoritas kelompok - kelompok pemberontak mendirikan basecamp.
Hari pertama di Pattani, gue bener - bener menikmati suasanannya.
Suasana disini bener - bener kontras dengan pemberitaan selama ini, mau itu melalui media cetak, artikel internet atau media elektronik.
Tapi walaupun gitu, tetep aja gue ngeri kalo harus keluar malam - malam, seperti ingin beli makanan atau minuman.
Karena disini lagi suasanannya lagi kacau banget, siaga 1. Makanya berlaku jam malam.
Belum lagi kalo setiap malam gue jarang bisa tidur nyenyak. Ngeri kalo ternyata ada baku tembak deket tempat gue nginap atau ada bom nyasar. Makanya gue harus selalu terjaga, insting gue harus tajam. Dan gue sekalipun gak boleh terlelap secapek apapun gue.
Sampe malam ini, gue cuma ngeliatin laptop sambil ngetik cerita ini.
Dan jujur gue jadi benci malam. Sekarang badan gue udah gak karuan, rasanya ngantuk banget. Pengen tidur nyenyak tapi harus tetep waspada.
Gue melakukan penelitian ini selama 2 minggu, dan malam ini tepat 1 minggu gue disini dan itu artinya masih ada 1 minggu lagi bagi gue untuk bisa mempertahankan hidup.
Bener-bener merepotkan, gue harus lari - lari ketika gue lagi interview salah satu penduduk karena ada serangan tiba-tiba. Gue harus hati - hati dalam memilih tempat untuk istirahat, salah-salah gue bisa mati karena bisa aja ada bom ditempat itu atau didekat tempat itu.

Sekian dulu cerita dari gue.
Sampai ketemu lagi ditanah air buat sahabat-sahabat dekat gue, kalo kalian baca ini.



ขอบคุณ                                                                                                               Thank You
เห็นคุณในภายหลัง                                                                                             See You Later

No comments:

Post a Comment

2017

Hai, ini gue. Lama gak nulis. Bahkan selama setahun terakhir, blog ini gak pernah gue buka. Gak pernah gue kunjungi. Silly author. Gak ter...