Gue lahir disebuah pulau yang bernama Batam.
Dikota itu gue habiskan hampir seluruh hidup gue dengan penuh keistimewaan. Perlakuan dan perhatian istimewa dari keluarga maupun teman - teman SMP atau SMA sehingga menjadikan gue sebagai anak yang manja dan terbiasa hidup praktis.
Untuk urusan percintaan, sebenarnya gue naksir seorang cowok tapi gue takut untuk menyatakannya dan akhirnya gue lebih milih untuk memendam perasaan.
Pada tahun 2009, gue pindah ke kota Bandung untuk kuliah. Awal kehidupan gue di Bandung dihabiskan dengan menjadi mahasiswa kupu - kupu (kuliah pulang - kuliah pulang). Gue jarang pergi bareng dengan teman - teman kampus. Gue baru dapat teman setelah beberapa lama tinggal di Bandung. Ya saat itu mayoritas teman - teman gue adalah sesama perantau dari Sumatera. Tapi disisi lain gue juga dekat dengan beberapa teman, seperti Jung, Minah, Kimonk dan Dode.
Kehidupan gue di kota Bandung ini awalnya biasa - biasa aja karena memang gue sendiri juga terbilang orang yang cuek terhadap sekitar.
Setelah 2 tahun hidup di Bandung, gue berteman dekat dengan Cung, Pet, Bony dan Al. Diantara mereka ber-empat, hanya Al yang bersikap baik sama gue. Lain dengan Cung, Pet dan Bony, gue selalu jadi korban hinaan mereka secara verbal. Hinaan verbal mereka selalu kadang membuat gue sakit hati ketika mereka meledek habis - habisan soal "hati" yang memang "hati" gue selalu dalam keadaan galau kalau gue balik dari Batam. Gue selalu senang ketika libur semester datang, karena itu artinya gue bisa balik ke Batam. Gue yang memang selalu merasa homesick jadi membuat gue kadang suka merasa gak betah tinggal di Bandung. Gue selalu ingin pulang, ingin lepas dari penatnya perkuliahan yang menjejal penuh sesak dikepala gue, ingin lepas dari hinaan tiga orang kampret itu, ingin merasakan kebebasan gue yang terenggut, ingin merasakan indahnya masa - masa waktu sekolah dulu bareng teman - teman SMA.
Saat liburan semester, sesuai rencana absurd yang udah gue rencanakan. Gue balik ke Batam dan udah membayangka banyak kesenangan saat gue ada disana. Dan ya memang, di kota kelahiran gue itu gue benar - benar menikmati hidup berdasarkan perspektif gue. Di Batam itu pula lah gue ketemu dengan seorang cowok yang udah lama gue taksir. Gue sempat jalan bareng sama dia, menghabiskan hampir masa liburan gue. Sebenarnya dia itu temen deket gue sedari sekolah dulu dan sejak saat itulah benih cinta dihati gue tumbuh tapi gue gak berani untuk menyatakan. Gue selalu ciut untuk mengungkapkan perasaan gue dan buat gue saat - saat bersama dia itu udah lumayan cukup memenuhi imajinasi gue. Memang dalam percintaan, gue ini gak seberuntung teman - teman gue.
Gue selalu merasa sedih ketika harus meninggalkan Batam untuk kembali ke Bandung dalam menjalankan misi yang selalu membuat gue bosan.
Dan selalu membuat gue merasa sakit hati jika melihat dia entah lewat akun Facebook, Twitter atau BlackBerry Messanger yang meng'update status atau menganti display picture bareng ceweknya. Iya, dia udah punya cewek.
Tapi gue juga beruntung punya teman - teman dekat yang selalu ada buat gue. Biarpun mereka selalu meledek gue tentang hal - hal kecil tapi jujur ledekan mereka selalu gue rindukan saat gue ada di Batam. Ledekan mereka serasa seperti sihir yang terkadang mampu membuat gue move on dari keadaan gue yang selalu homesick, melupakan sejenak tentang dia, atau menambah kedewasaan gue yang menurut mereka tingkat kedewasaan gue agak mendingan dari sebelumnya. Dan gue juga jadi belajar mengenai arti hidup dari cerita pengalaman dan impian - impian beberapa teman dekat gue.
Satu komentar miris terlontar dari mulut abang gue ketika saat itu gue lagi pulang libur semester.
Keadaannya ketika itu ada sisa makanan gak habis dan hendak dibuang oleh abang gue tapi gue bilang jangan dibuang biar gue yang makan, lagian sayang kalo harus dibuang.
Seketika itu abang gue berkomentar "Susah kali hidupmu di Bandung dek? Gak biasanya kau kaya gini?".
Saat ini gue udah berada di semester akhir yang berada di ujung tanduk menunggu saat - saat sidang akhir.
Saat ini juga gue merasakan kegalauan melebihi tingkat dewa yang menjadikan gue seperti orang gila.
Ini karena selain menunggu kepastian tentang sidang akhir juga karena dia. Libur semester lalu -yang menandakan gue resmi masuk semester akhir dan udah gak ada lagi perkuliahan- gue berencana pulang ke Batam dan kembali ke Bandung pada bulan ketiga tahun ini. Setelah berada di bulan kedua tahun ini, gue langsung merasakan kegalauan ketika gue merasa bahwa dia "menarik ulur" hati gue. Ya layaknya manusia normal lainnya, gue buka Facebook dan meng'update status mengenai perasaan gue. Diluar dugaan beberapa teman dekat gue lagi online dan si Cung komen distatus gue yang kemudian diikuti si Jung. Akhirnya kita bertiga saling komen distatus gue. Dan itu menjadikan gue tambah merasakan kegalauan, karena gue jadi kangen dengan mereka semua teman - teman dekat gue.
Bulan ketiga, sesuai rencana gue pulang ke Bandung untuk menyelesaikan bab terakhir skripsi dan menyerahkannya ke pembimbing. Awalnya semua berjalan biasa sampai suatu ketika gue melihat dia di BlackBerry Messanger. Gue nyapa dia dan dia merespon hingga akhirnya kita saling BBM'an.
Sampai beberapa hari yang lalu, gue meminta salah satu teman gue untuk mentranslate kan ke bahasa Inggris -gue kurang menguasai bahasa Inggris- sebuah kalimat yang akan gue kirim ke cowok yang gue taksir.
Teman gue pun membalas dengan isi pesan yang berbahasa Inggris, gue copy isi pesannya dan gue kirim di BlackBerry Messanger tepat di chat box yang bertuliskan namanya.
Gue merasa bahwa mungkin inilah waktu yang tepat untuk mengutarakan isi hati gue, perasaan gue ke dia.
Namun ternyata dia tidak bisa memberikan jawaban dengan tegas karena dia juga udah punya cewek. Besoknya, gue janjian ketemu dengan salah seorang teman untuk menagih nilai dari dosen untuk keperluan syarat mengikuti sidang akhir. Ya teman yang janji ketemu sama gue dikampus itu orang yang sama yang gue mintai tolong untuk mentranslate. Temen gue datang, lalu kita ber-empat duduk di lobby kampus -bareng 2 teman gue yang lainnnya- untuk menunggu dosen tapi dosen itu gak jadi datang ke kampus. Lalu gue dan ketiga teman gue lanjut makan siang, setelah itu gue dan Cung pergi ke Gramedia untuk melihat - lihat buku. Setelah beberapa lama, Cung asik baca buku tentang "Menjadi seorang Drummer yang hebat". Gue ya cuma berdiri sambil BBM'an sama Minah dan memperhatikan launching buku dari salah seorang penulis. Setelah sekian lama muter - muter gak jelas didalam Gramed, Cung asik duduk baca bukunya Raditya Dika dan gue duduk memperhatikan sekitar.
"Kok dari tadi yang lewat cewek cantik mulu ya? Cowok gantengnya kapan lewat?", ujar gue yang sibuk nyari cowok ganteng
"Lu mau cowok ganteng lewat didepan lu? Sini gue ludahin dulu lu nya biar cantik, gue jamin cowok ganteng langsung seliweran", bales si kampret itu sambil cengengesan baca buku si Raditya Dika
Gue yang dengernya langsung merasa sakit hati karena gue pikir apa segitunya ya nasib gue sampai cowok ganteng pun gak ada yang lewat.
Terus gue lanjut ngomong, "Cung, sakit hati gue. Gue selalu kepikiran dia. Gue udah bilang perasaan gue ke dia tapi dia gak bisa kasih jawaban yang tegas. Dia udah punya cewek Cung".
"Ya udah pasti lah dia pilih ceweknya, Kun" balas orang autis itu sambil ketawa - ketawa
"Tapi dia bilang kalo gue ini hebat karena bisa sampai bertahun - tahun gue pendam perasaan ini dan baru kemarin gua bilang", ungkap gue yang sambil ingin nangis
"Hatiku hanya untuknya tapi hatinya belum tentu untukku, ingat itu Kun", pernyataan Cung yang buat gue sadar.
Mungkin emang benar kalo hati gue ini selalu untuknya, selalu memikirkannya tetapi hatinya belum tentu untuk gue.
"Gue ini cowok, gue tau jalan pikiran dia. Dia bersifat perhatian saat ini sama lu ketika lu set status "sick" di BBM. Dia emang salut sama lu yang udah pendam perasaan buat dia selama ratusan tahun dan dia juga merasa bersalah akan hal itu tapi dia juga gak bisa ninggalin ceweknya. Makanya dia perhatian sama lu dan seolah itu bentuk kepedulian dia tapi mungkin itu hanya pengalihan biar dia gak terlihat salah", kata - kata orang autis itu menyadarkan gue
Gue memang terlanjur sayang sama dia tapi dia gak pernah menyadarinya sampai gue sendiri yang bilang hal itu langsung ke dia.
Gue merasakan sakit hati yang dalam ketika mendengar kata - kata yang keluar dari dalam mulut Cung.
"Apakah benar dia melakukan itu hanya sebagai bentuk pengalihan?"
"Apakah benar hatinya memang bukan untuk gue?"
Kedua pikiran ini selalu mengganjal dikepala gue dan selalu membuat hati gue berdegup kencang saat memikirkannya dan membuat gue lemas tak berdaya sampai ingin menitikkan air mata.
Gue merasa bahwa gue ini hanyalah seorang cewek yang mungkin tidak ada harganya dimata dia.
Saat ini memang dia perhatian sama gue tapi apakah itu akan bersifat sementara seperti kata teman gue ataukah itu akan bersifat selamanya hingga pada akhirnya dia akan memilih gue, mungkin sebagai pendamping hidupnya kelak?
Rintihan ini gue curahkan untuknya dan gue harap kalo dia baca ini, dia akan mengerti akan perasaan gue.
Bandung, 12 April 2013
D.M.R.
Gue cuma bisa mencoba menggambarkan perasaan teman gue yang gue samarkan namanya disini.
Entah dapat ide dari mana untuk menuliskan cerita hidupnya di blog gue. (Sebenernya sih kebetulan gue lagi bingung nyari bahan untuk gue tulis. Karena 2 bahan sebelumnya, masih belum selesai dan gue rasa masih belum cukup pas untuk diposting,,,,,,hehehehehehehehe,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,)
_Cung_
No comments:
Post a Comment