Sunday 17 August 2014

Ketika.......

Ketika seseorang jatuh, ia pasti membutuhkan seorang lainnya untuk bisa menghibur dan menaikkan kembali moralnya. But when i fall into the deepest of sorrow, i don't have anyone stand by me. Even just one, i don't have it. Don't really have it.
Gue bangkit dengan susah payah, berjuang sendiri tanpa bantuan dari satu manusia pun. Gue berjuang mengumpulkan kembali asa dan harapan gue yang sempat sirna. Gue kehilangan seseorang yang gue cinta sekaligus harapan gue, karna memang harapan gue adalah dia. Gue berjalan sendiri, merajut kembali mimpi gue sendiri. Semua terasa berat karena selama hampir 6 tahun gue berjalan dengan seseorang yang menemani. Seseorang yang juga ikut merajut mimpi bersama gue untuk dicapai di masa depan.

Ketika bulan kedua setelah dia pergi, gue masih belum bisa lepas dari bayang seorang perempuan yang pernah nemani gue. Sekeras apapun gue untuk menepis, pada akhirnya gue selalu merasakan perasaan yang sama. Gue masih cinta dia, gue sayang dia. Dia perempuan, segalanya buat gue. Walau gue ikhlas semua berakhir tapi perasaan gue masih belum berakhir. Sampai gue nemu dua ekor anak kucing. Gue perlakukan mereka dengan baik, mengurus mereka dengan perhatian itu karena buat gue hanya mereka yang gue punya. Mereka yang selalu mengisi hari - hari gue dengan tingkah lucu mereka. Buat gue mereka lah sahabat gue. Jujur gue sering ngomong dengan mereka berdua, bercerita banyak hal yang pada akhirnya gue minta mereka untuk tetap tinggal, jangan pergi, temani gue. Ya, mungkin gue sedikit gila tapi gue memang melakukan itu. Gue butuh teman, tapi bukan dari spesies manusia dan gue rasa dari jenis hewanlah yang bisa mengerti, seperti kasus yang sekarang ini. Bahkan jika memungkinkan, gue ingin memelihara lagi hamster seperti waktu kuliah dulu. Setiap harinya, mereka selalu berlaku manja, selalu ngajak bercanda, mereka sering tidur dipangkuan gue disaat gue duduk santai dilantai sambil mengerjakan sesuatu dilaptop. Namun sayang, mereka berdua hanya bisa nemani gue sampai usia 5 bulan. Mereka hilang entah kemana.

Ketika setelah gue bisa bangkit, gue bisa kembali memandang masa depan gue dengan penglihatan yang jelas. Dia datang dengan tersenyum. Dan bilang ingin semua kembali seperti dulu. Setelah 5 bulan kemudian, tepatnya tanggal 25 Mei. Gue ingat betul. Gue hanya bisa menjawab dengan beberapa kalimat. Jujur gue merasa senang dengan apa yang dia bilang, tapi gue gak bisa semudah itu menerima dia kembali. Terlebih beberapa hari setelah putus, selalu gue yang mengajak komunikasi dan dia seolah ingin menghilang dan menjauh dari gue. Dia memperlakukan gue seperti orang asing. Padahal dia pernah bilang kalau dia ingin tetap membangun komunikasi yang baik dengan gue pasca putus tapi yang terjadi malah sebaliknya.
Gue harus pastikan apa yang dia rasa itu hanyalah sekedar nafsu belaka atau memang murni dari hati nya. Dan gue juga ingin melihat sejauh apa perasaan dia yang seperti itu bisa bertahan. Jatuh cinta dan perasaan cinta itu juga merupakan bagian dari nikmat yang Allah beri untuk manusia. Dan apa yang gue lakukan itu bukan ingin menyia-nyiakan dan mendustakan nikmat - Nya tapi gue hanya ingin tahu seberapa kuat kah perasaan itu dihatinya, seberapa teguhkah hatinya ketika kembali menghadapi masalah dan seberapa yakin hatinya terhadap hubungan yang ingin dia jalin kembali. Dan yang penting seberapa dewasa kah kita berdua dalam menyikapi masalah. Karena gue jujur gak mau hubungan yang baru bersama dia itu harus berjalan sama seperti sebelumnya. Harus ada yang berbeda dan terasa perbedaannya demi kebaikan bersama.
Gue pun juga punya janji ke diri sendiri bahwa kali ini gue hanya akan berjuang untuk diri sendiri dan menjadi sukses untuk diri sendiri bukan untuk siapapun dan bukan untuk satu orang pun. Hanya gue sendiri.

Gak terlalu lama pasca dia ngajak untuk balik, muncul suatu masalah akibat misunderstanding. Kita berdua sempat terlibat debat. Dan gue sempat bilang "kalau seandainya kemarin aku nerima kamu balik, mungkin ini akan jadi masalah pertama dalam hubungan kita yang baru. Dan masih, masalah ini muncul karena kesalahpahaman". Setelah itu, semua jadi normal.
Bulan puasa, entah minggu kedua atau minggu ketiga. Intinya saat itu hari Jum'at. Awalnya gue hanya berniat mem-follow sebuah blog yang gue rasa perlu dan penting untuk di follow. Tapi ternyata blog itu terhubung ke account Google+ sang blogger. Dengan kata lain, gue harus masuk kembali ke Google+. Dunia sosial media yang lama gue tutup. Secara gak sengaja, gue nemu 2 account Google+ atas nama dia. Gue klik keduanya. Gue lihat keduanya, dan dari situ gue membuat hipotesa.

  1. Mungkin dia sempat dua kali ganti email, karena email dia yang dulu itu mengandung nama gue. Setelah dia buat email baru dan buat account Google+ baru. Dan mungkin dia merasa kurang pas dengan nama email yang dia pakai. Dan dia buat baru lagi. Ini terlihat dari account Google+ nya yang tanpa ada update apapun.
  2. Email kedua, email inilah yang dipake sampai sekarang. Dan dari account Google+ nya, ada update soal sebuah status yang bilang "Kapok deh pake nama belakang dia lagi. Gak mau pake lagi, bisa ribet" dan ada dua buah link tercantum. Link Facebook dan Twitter.
Dari account Google+ itulah gue buka link Facebook dan Twitternya. Kedua account itu semuanya baru. Tapi bukan hal itu yang jadi masalah. Gue gak mempermasalahkan itu sama sekali, itu hak dia. Gue lihat Facebooknya, sepi update. Dan begitu gue lihat Twitternya, ramai. Dia banyak berkicau tentang gue. Gue sadar betul dengan apa yang telah gue lakukan terhadap dia dulu. Membaca semua tweet nya, gue cuma bisa terdiam. Dan gue mendadak merasa bersalah karena menurut gue, dengan membuka semua account sosial media miliknya itu artinya gue melanggar hak privasi yang dia miliki. Gue mengirim chat ke dia lewat Blackberry Messenger, gue bilang gue minta maaf karena sudah melanggar hak privasi dia. Dan gue juga bilang "Aku gak pernah minta atau bahkan maksa kamu untuk pake nama belakang ku sebagai nama mu. Kamu sendiri yang pake itu dan setiap kamu buat account sosial media, kamu selalu pake nama belakangku dibelakang nama depanmu. Dan aku juga gak pernah menuntut apapun soal itu. Jadi gak perlu merasa ribet".

Tanggal 8 Agustus kemarin, juga jadi sebuah hari yang berat. Jum'at dini hari pas gue mau sahur untuk puasa sunnah bulan Syawal, gue lihat Blackberry Messenger karna memang ada chat masuk dan gue lihat apa yang terjadi di recent update. Di recent update itulah gue baca update terbaru dari dia. Sebuah update status yang tiba - tiba membuat gue mengirim chat dengan rasa kesal. Gue kirim banyak chat yang menggugat status yang dia buat. Sampai akhirnya gue akui, chat yang gue kirim itu terlalu kasar dan menyinggung dia. Setengah jam kemudian dia membalas semua chat yang gue kirim. Dia pun membalas dengan emosi dan dia minta gue untuk berhenti kirim chat tapi gue masih mengirim dia beberapa chat. Hasilnya dia gak membalas, malah chat gue gak buka sedikitpun.
Jum'at kemarin tanggal 15, tepat 1 minggu pasca insiden hari Jum'at 8 Agustus dan setelah itu juga dia diam. Terkadang dia ngirim chat ke gue dengan gaya nya yang khas. Jujur gue merasa kehilangan dan gue bukannya gak gentle. Di tanggal 8 Agustus saat itu juga gue meminta maaf tapi gak dapat respon sedikitpun. Dua atau tiga hari pasca tanggal 8 Agustus itu, gue lihat dia ganti display picture di Blackberry Messenger dan pada saat itu kontak pertama kali. Gue kirim chat ke dia dan meminta ijin untuk save display picture nya. Dan setelahnya kembali diam. Baru tadi sore gue chat dia lagi, itu karena gue lihat di recent update dia ganti display picture dan meng-update status. Sore tadi itu kontak kedua gue.

Well, gue hanya bisa mengikhlaskan semua nya ke sang maha pencipta. Dan gue selalu ingin berbaik sangka agar gue memiliki hati, jiwa dan pikiran yang jernih dan damai. Tapi entah, rasa cinta gue buat dia masih belum musnah. Mungkin gue hanya bisa mengagumi dia dari jauh, baik arti kiasan atau arti sesungguhnya. Terlebih ketika misal dia sudah jadi pacar orang lain atau milik orang lain secara resmi dan sah, gue masih akan tetap mengagumi dia dari jauh. Terdengar gila memang, tapi gue rasa wajar untuk seorang yang masih memiliki rasa terhadap seorang perempuan, yang terlebih lagi perempuan itu pernah jadi sesuatu yang penting bagi orang itu.




PS: Laki - laki itu punya komitmen. Ketika dia menjalani suatu hubungan dengan seorang perempuan. Dia hanya akan menjalankan satu dari dua cara. Cara yang pertama adalah menjadi possesif. Mengatur kehidupan sang perempuan, hanya agar perempuan itu tidak beralih hati dan pikirannya. Dan cara yang kedua adalah memberikan kebebasan kepada sang perempuan. Dia tidak akan mengatur hidup dari perempuannya, yang dia lakukan hanya lah menghargai hak privasi dari perempuannya. Dia tidak banyak menuntut. Dia hanya menuntut satu, kedewasaan dari sang perempuan dalam menghargai dirinya.
Tapi terkadang para perempuan selalu saja protes. Di beri sikap possesif, diprotes minta kelonggaran dan penghargaan hak privasi sang perempuan. Sementara diberi sikap kebebasan pun diprotes, seolah sang laki - laki tidak peduli terhadapnya. Dan minta sang laki - laki untuk bersikap perhatian dan mengatur waktu dan hidup sang perempuan. Satu catatan, meskipun sang laki - laki memberlakukan sikap kebebasan dan menghargai hak privasi perempuannya, dia tetaplah peduli terhadap sang perempuan.
Dan kelemahan lainnya dari kedua cara ini adalah ketika sikap possesif yang berlaku, sang perempuan berkhianat dengan dalih "possesif" dan sang laki - laki pun tidak bisa berbuat banyak kecuali memakai sikap nekat. Dan ketika sikap kebebasan dan menghargai hak privasi yang berlaku, sang perempuan pun bisa berkhianat dengan dalih "bebas dan hak privasi" dan sang laki - laki hanya bisa diam.
Ketahuilah wahai perempuan, apapun yang dilakukan oleh laki - laki mu, semua nya hanyalah untuk mu para perempuan. Mengerti juga bahwa tujuan laki - laki hanya ingin memuliakan derajat kalian sebagai perempuan. Sebuah hubungan juga bisa berhasil jika sang laki - laki dan sang perempuan bisa bekerja sama dengan pikiran terbuka, maka dari hal itu lah akan timbul rasa saling menghargai, menghormati, menyayangi, rasa memiliki dan rasa sayang serta cinta yang lebih.
Jangan saling egois dan keras membatu, karena ketika hubungan itu berakhir. Barulah kalian sadar bahwa kalian masih saling membutuhkan satu sama lain. Tapi ini jika memang kalian berpikiran luas dan menghargai setiap waktu yang dihabiskan bersama.


Maaf curhatnya panjang. Tapi semoga jadi bahan pembelajaran bagi kalian yang baca blog gue. Dan semoga hubungan kalian dengan pacar atau suami atau isteri bisa jauh lebih romantis dengan dasar saling menghargai dan menghormati serta kebersamaan yang terbuka. Oke cukup sekian.
Selamat malam!

Saturday 16 August 2014

The Hipo

Sup......yeah akhirnya blog gue ganti kulit. Gue mulai proses penggantian kulit ini dari jam 2 siang dan selesai jam 10 malam. Bukan karna gue ga bisa atau internet gue yang lemot tapi gue sibuk nyari warna kulit yang pas untuk blog gue ini. Dan sedikit utak atik html nya biar tampilan blog nya sesuai dengan keinginan.
Ok....cukup cerita soal ganti kulitnya. Waktu nya masuk ke cerita yang ingin gue tulis.

                     ***********

The Hipo, ya itulah nickname gue disini. Kenapa harus The Hipo?
Teman - teman kampus gue juga banyak yang menanyakan itu. Gue inget banget, ada satu teman yang benar - benar penasaran sampe akhirnya dia menerawang soal apa itu "The Hipo". Dia bilang dengan sangat yakin "Hippopotamus" pas ketemu gur dikampus. Gue hanya nyengir sambil geleng kepala. Besok nya, "Hipokrit -> Hypocrite (munafik)", teman gue bilang gitu pas dikelas mata kuliah Study Timur Tengah. Dan gue masih geleng kepala.

Mungkin karna dia merasa capek, disetiap dia bilang suatu kata yang berhubungan dengan "The Hipo" gue selalu geleng. Dan karna kasian, gue bilang kenapa "The Hipo" jadi nickname gue diblog. Gue dengan santai bilang "Well, kenapa The Hipo? Itu karna pas gue sign in di blogger. Tulisan The Hipo udah nangkring di header blog gue dan itu inisial atau nickname yang blogger kasih buat gue. Awalnya mau gue ganti tapi setelah gue pikir, nama The Hipo bagus juga. Rasanya punya dan ada arti tersendiri. Maka nya ga gue ganti dan sejak saat itu gue resmi pake The Hipo sebagai nickname gue disini".

"Jadi hanya karna itu?"
"Yup, hanya karna itu. Tapi ya itu tadi, gue merasa The Hipo ini punya dan ada arti tersendiri buat gue. Soal seperti apa artinya gue sendiri masih belum tau karna blog ini juga baru dibuat."

Sekarang ini seiring berjalannya waktu, arti The Hipo itu sendiri udah gue dapat. The Hipo adalah sebuah nama yang senang bercerita tentang peristiwa dalam hidup dengan berbagai macam perasaan tersemat didalamnya. Dan akan terus bercerita menceritakan segala sesuatu yang pernah gue alami.
The Hipo yang menuangkan pemikirannya secara bebas terbuka.
The Hipo yang merupakan refleksi hidup, jiwa, nyawa, perasaan dan pemikiran gue.
The Hipo, gue akan terus pake nama ini selamanya dan kelak akan gue permanenkan nama ini menjadi nama sebuah situs pribadi yang berdiri sendiri, dengan domainnya sendiri.

Well, gue rasa cukup sampai disini gue mencoretkan tinta disini malam ini.
Gue The Hipo, sampai jumpa di note berikutnya, selamat malam.

2017

Hai, ini gue. Lama gak nulis. Bahkan selama setahun terakhir, blog ini gak pernah gue buka. Gak pernah gue kunjungi. Silly author. Gak ter...