Saturday 13 July 2013

Sepenggal Cerita Perjalanan Hidup

Gue saat ini masih belum bisa posting apapun karena gue masih sibuk dan sebenarnya ada 2 note yang masih belum selesai gue tulis dan masih berusaha untuk bisa menyelesaikan kedua note itu.
Gue sempat kaget pas lihat facebook dan ada note teman gue nongkrong dihome facebook gue.
Gue klik dan gue baca, sekarang gue cuma bisa memposting note nya diblog gue atas persetujuan teman gue itu

Selamat Membaca...........

"Namaku Roy Jekson Panjaitan, dilahirkan di kota Langsa pada tanggal 25 Mei 1988. Aku adalah anak ke-8 dari 8 bersaudara. Lahir kedunia dengan kedua orang tua yang lengkap dan memiliki keluarga bahagia merupakan hal yang diharapkan setiap orang, tidak ada yang lebih baik daripada itu. Namun keberuntungan belum berpihak kepadaku saat itu, dilahirkan oleh seorang ibu tanpa ditemani sang ayah. Ayah bukan pergi meninggalkan kami selamanya ke alam yang berbeda, tetapi dia meninggalkan kami karena tidak mampu mengendalikan hasrat duniawinya. Hingga aku SD, selalu bertanya dalam hati kemanakah dia pergi? dan apa yang terjadi padanya? Aku tidak mengenal sosoknya dengan jelas. Tidak banyak yang kuketahui soal siapa dia! Aku lelah mendengar soal keburukannya dari orang lain, aku masih sangat kecil dan tidak terlalu paham tentang apa yang terjadi dikeluargaku. Teman-teman di sekolahku selalu bertanya disaat kenaikan kelas, mana ayahmu? kenapa dia tidak pernah datang mengambil raport mu? kenapa selalu walimu yang datang? atau ibumu saja? Sejenak aku terdiam dan tidak dapat berkata apapun, yang keluar dari mulutku adalah "dia sedang dinas di luar kota kata ibuku". Tetapi ada teman sekolahku yang tau soal keluargaku dan dia mengatakan semuanya ke teman-teman lainnya. Ada yang tidak perduli, ada juga yang menjadikan itu untuk mengolok-olokku hingga aku menangis. Sulit awalnya untuk menerima apa yang telah dan sedang terjadi, aku tidak banyak tahu tetapi aku harus ikut menanggung. Seorang bocah yang duduk di bangku Sekolah Dasar harus kuat menjalani kehidupannya. Menangis bukan lagi hal yang aneh bagiku, bermain merupakan andalanku untuk bisa kembali tertawa.

Lain lagi dengan ibuku, dia seorang wanita yang sangat kuat, pemberani, dan bertanggung jawab terhadap keluarganya. Aku tidak tahu harus menyebutnya apalagi selain ibu yang luar biasa bagi anak-anak dan keluarganya. Saat dia melahirkan ku, banyak yang mengatakan bahwa aku adalah anak yang tidak diharapkan dan diduga karena dirumah sudah ada 7 orang anak dengan jarak yang begitu rapat. Bidan yang membantu persalinan ibuku meminta untuk mengadopsiku, tetapi ibuku tetap bersi keras tidak mau memberikanku kepada bidan tersebut. Meskipun keadaan keluargaku susah pada saat itu, ibu tetap bertekad untuk membesarkan ku. Sejak anak kedua dan selanjutnya ayahku sudah sering cek-cok dengan ibuku, dan dia jarang pulang kerumah. Mereka sudah sering cek-cok dan kembali rujuk lagi. Ibuku sudah cukup sabar dengan tingkah laku ayahku, hingga saat aku lahir dan itu masih terjadi, ayahku pergi ntah kemana sesukanya dan tidak menafkahi anak-anaknya. Ibuku membesarkan kedelapan anaknya dengan keringatnya sendiri, ayahku tidak mau tau apa yang terjadi pada kami anak-anaknya dan bagaimana kami makan juga sekolah. Ibuku harus berjuang sendiri, aku masih ingat apa yang dilakukan olehnya. Mulai dari berkebun singkong dan sayur mayur, jualan kelontong, jualan gorengan, dan sampai harus berjualan sapu + gula merah dari satu kota ke kota lainnya. Terharu rasanya kalau mengingat masa lalu kami, betapa lidah terbiasa dengan makan nasi dan garam atau minyak jelanta. Belum lagi pandangan sebelah mata dari tetangga dan bahkan sebagian keluarga kami tentang keadaan kami. Tetapi itu semua tidak membuat semangat ibuku luntur, dia tetap melihat kedepan dan maju menghadapi badai apapun yang datang menerpa. Meskipun ada yang mencibir ibuku, tidak sedikit pula yang memberikan dukungan semangat kepadanya dan salut pada apa yang dilakukannya. Dia tetap setia pada keluarga dan anaknya meskipun dia ditinggal oleh sang suami yang ntah dimana rimbanya pada saat itu, tak terlintas sedikitpun dibenaknya untuk menikah lagi.

Ketika aku masih duduk di Sekolah Menengah Pertama, aku pindah ke kota lainnya untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik lagi. Sulit awalnya bagiku untuk hidup sendiri tanpa keluarga, hampir setiap malam aku menangis. Belum lagi lingkungannya sangat keras, aku tidak terbiasa dengan perilaku mereka. Tidak mudah bagiku untuk bisa mengelola keuangan yang ala kadarnya, ibu tidak memberikanku banyak duit... hanya sekedarnya saja. Setiap bulan dia mengirimkan beras kepadaku dan ikan teri/ikan asin yang dibelinya untuk 2-3 minggu. Asupan gizipun seadanya, bisa makan dan perut terisi saja sudah berterimakasih. Tak pernah terlintas dalam kepalaku untuk bisa bergaya seperti teman-temanku yang lain. Di kelas ada teman yang baik kepadaku, ada juga yang meremehkanku. Tapi itu bukan masalah besar, aku sudah terbiasa karena masa kecilku sudah mengajarkanku banyak hal dari penggalan pengalaman hidup :)

Tibalah aku untuk melanjutkan study ke tahap selanjutnya, masih di kota yang sama dan lokasinya tidak terlalu jauh dari sekolah menengah pertamaku. Disinilah langkah awal ku fokus pada satu bidang dimulai. Aku tidak lagi mencoba untuk menguasai seluruh mata pelajaran di sekolah, aku memilih untuk fokus pada satu titik yang pernah membuatku dipermalukan di SMP. Mata pelajaran ini selalu terukir dengan tinta merah di raport ku, dan aku bertekad untuk memperbaiki kesalahan yang pernah kuperbuat. Bahasa Inggris menjadi pilihan fokusku, tidak mudah kawan bagiku untuk mulai dari nol. Kemana-mana aku membawa kamus kecil, kemudian bicara sendiri tanpa memperdulikan sekitar. Sempat aku berfikir bahwa aku telattt, harusnya itu kulakukan sejak awal masuk SMP. Tetapi guru di sekolah ku mengatakan "Tidak ada istilah terlambat dalam belajar", mantra ini berhasil mengembalikkan semangatku yang sempat hilang. Tiada hari tanpa vocabulary, semua lagu kesukaanku diterjemahkan (meskipun masih acak kadul). Paling tidak aku punya kemauan dan keberanian, dan itu tidak mudah. Aku berusaha dan berjuang keras, tahun kedua di SMA aku mencoba untuk mengikuti perlombaan pidato Bahasa Inggris di Sekolah. Usahaku tidak sia-sia, aku mendapat juara 3 untuk tingkat SMA, dan satu-satunya perwakilan dari kelasku. Terharu melihat teman-teman bangga dan senang akan piala kemenangan tersebut. Tahun ketiga di SMA aku mengikuti perlombaan lainnya, saat itu aku ikut lomba PAS (Penyiar Anak Sekolah) di kota Medan. Sebenarnya aku tidak niat ikut lomba ini, niat awalnya hanya menemani teman yang mendaftar. Kemudian dipaksa untuk mencoba memasukkan formulir beserta persyaratannya. Dari banyaknya kontestan dan ketatnya tahap audisi aku berhasil masuk 10 besar finalis. Lagi-lagi aku merasa beruntung dan sangat berterimakasih pada-MU TUHAN. Ini merupakan langkah awalku memasuki dunia kerja. Aku bisa menghasilkan sedikit uang dari pekerjaan baruku tersebut :)

Libur Natal dan tahun Baru hampir tiba dan aku merencanakan untuk mengunjungi abangku yang berdinas di kota Banda Aceh. Dia seorang angkatan darat yang bertugas di Aceh, 23 Desember 2004 aku berangkat dari Medan menuju Banda Aceh. Ini pertama kalinya aku datang ke Banda Aceh meskipun lahir dan besar di Aceh. Ibu tidak tahu soal kepergianku, hanya satu orang kakak perempuan saja yang tau soal keberangkatanku ke Banda Aceh. 26 Desember 2004 jam 7 pagi aku terbangun karena kasur bergoyang-goyang. Tadinya aku berfikir ada teman abangku yang iseng untuk membangunkanku. Tetapi tidak seorangpun terlihat di dalam Barrack, semuanya sedang sibuk kurvey di luar. Aku kaget dan cepat-cepat beranjak dari kasur lalu keluar barrack. Semua orang sudah panik di luar dan berteriak Gempa Bumi bahkan menangis. Hampir satu jam gempa bumi tersebut berlangsung. Sekitar pukul 8:10wib dentuman seperti bunyi BOM terdengar beberapa kali, waktu itu yang terfikir adalah sedang ada gencatan senjata di daerah pegunungan. Tidak lama dentuman bunyi, salah satu teman abangku bercerita soal tsunami. Tidak banyak yang tau tentang Tsunami pada saat itu, bahkan yang aku tau itu hanya ada di Jepang. Orang yang mengatakan ini telah pergi untuk selamanya, hingga saat ini aku masih mengingat percakapan kita sebelum Ombak Raksasa menghantam kita bang! Selamat jalan dan tenang disana yah. Hanya aku dan abangku yang selamat dari ribuan orang yang tinggal di Batalion. Keluargaku sudah dalam keadaan panic begitu mengetahui keberadaanku saat itu. Kejadian ini selalu ku ingat sampai kapanpun, bahkan saat menulis note ini saja aku masih meneteskan air mata. Terimakasih Tuhan atas berkat dan anugerah-MU. 

Moment kelulusan SMA merupakan salah satu moment yang sudah lama aku tunggu. Hasrat untuk melanjutkan study ku ke Universitas harus terhenti, ibuku tidak mampu membiayaiku untuk kuliah. Secercah harapan kandas bak kapal tenggelam. Aku memutuskan untuk kembali ke kota kelahiranku dan mencoba peruntungan di dunia radio. Aku melamar menjadi seorang penyiar sembari menambah pengalamanku. Hampir 6 bulan aku bekerja di radio, namun tidak pernah mendapatkan gaji. Aku melakukannya dengan ikhlas dan berdasarkan keinginanku untuk belajar. Tetapi kakak ku mempermasalahkan kerjaanku yang tidak pernah digaji, hehehe. Tidak jarang kami bertengkar, hingga suatu hari aku menjawab pertanyaannya dengan kata-kata yang ntah darimana aku dapatkan "Aku akan dapat rejeki berlipat" dari apa yang telah ku kerjakan disini". 1 bulan kemudian aku mencoba merantau ke Banda Aceh tanpa kejelasan. Lagi-lagi aku memulai cari Radio dan mencoba jadi penyiar. Puji Tuhan aku diterima disana, sambil mencoba-coba kirim lamaran kerja ke Organisasi Internasional non Pemerintah. Satu bulan kemudian salah satu INGO memanggil untuk wawancara. Dari sekian banyaknya kandidat, akulah yang paling beruntung. Satu-satunya lulusan SMA dan tidak memiliki pengalaman kerja sebelumnya, tetapi dipilih untuk bekerja. Luar biasa senangnya dalam hati, berteriak dan berterimakasih pada Tuhan. Selalu saja aku mendapatkan jalan disaat susah dan gundah. Lama aku bekerja namun tetap kepikiran untuk melanjutkan study ke Universitas. Tahun ke-empat aku bekerja, akhirnya mendapatkan kesempatan itu.

Tahun 2009 aku memutuskan untuk pindah ke Bandung no matter what will happen. How can I survive? or How if I have no money in the half way? How can I get job there? Those are common questions and surrounded my mind. Setelah dijalani, semuanya berjalan dengan baik. Tuhan tetap memberikanku kemudahan, rejeki, dan berkat melalu berbagai cara. Hingga memasuki tahun akhir, aku masih tetap banjir tawaran kerja dan mendapat banyak kesempatan untuk melihat tempat dan dunia baru. Mimpi yang telah lama kini terwujud, harapan ibu dan keluargaku telah dijawab-NYA. Tanggal 22 Mei 2013 aku mendapat gelar Sarjana dengan predikat Cumlaude. Kupersembahkan ini semua untukmu Ibu, kakak, dan abangku. Bahagia, haru dan syukur bersatu padu. Ntah bagaimana lagi aku mengucap syukur kepada Tuhan untuk semua ini. Hari ini aku kembali teringat akan perjuangan panjang ibu untuk ke-8 anaknya tercinta. Aku bisa menjadi seperti ini bukan karena usaha sendiri, tapi karena DIA dan Ibu. Banyak hal yang telah  kulalui dan hadapi bersamanya dan ke-7 saudara-saudari. Semangat ibuku tidak akan pernah pudar sampai kapanpun, Aku selalu melihat semangatnya hingga saat ini. Dibesarkan tanpa seorang ayah bukan alasan bagiku untuk tidak mensyukuri apa yang kumiliki dan kulewati, tidak ada satupun yang sia-sia. Suka-duka selalu mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Jangan jadikan keadaan sebagai alasan dan keterbatasan untuk melangkah. Masih ada banyak pintu yang harus kubuka dan lalui, tetap semangattt dalam menggapai cita-cita. Percayalah maka itu akan ada, berdoalah maka akan diberi jalan, berusahalah maka akan meraihnya :) Mom, I always LOVE you! I dedicate this to you."

Cerita yang menarik bukan? Tentang perjuangan seorang manusia untuk bisa menjadi seperti sekarang ini. Perjuangan yang panjang dan melelahkan tapi dijalani dengan ikhlas dan penuh syukur.
Gue kenal baik siapa dia, dia juga merupakan salah satu sahabat gue. Dan dia memang seorang pekerja keras.
Setelah gue baca note ini, gue cuma bisa bilang terkadang masa lalu itu selalu ingin kita lupakan, terlebih hal itu merupakan masa kelam dalam hidup kita, masa sulit, masa kita merasa terhina. Tapi baik buruknya masa lalu merupakan hal berharga dalam hidup kita. Masa lalu mengajarkan dan memberikan pengalaman bagi kita.
Masa lalu yang kelam, mengajarkan kita untuk tegar, kuat, optimis untuk menjadi lebih baik dan merubah kita menjadi pribadi yang jauh lebih baik.
Masa lalu yang indah mengajarkan kita untuk bersyukur dan berusaha untuk lebih baik lagi.
Apapun masa lalu kalian, apapun latar belakang kalian, dan apapun masalah kalian. Jangan pernah berhenti untuk terus berlari mengejar impian kalian. Wujudkan itu walaupun harus melalu jalan yang sulit, tapi percayalah semua itu akan terbayar ketika kalian berhasil mencapainya.

-Based On True Life Story-

No comments:

Post a Comment

2017

Hai, ini gue. Lama gak nulis. Bahkan selama setahun terakhir, blog ini gak pernah gue buka. Gak pernah gue kunjungi. Silly author. Gak ter...